Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kolaborasi Pemkot Bandung dan Swasta, Cegah DBD Lewat Inovasi Sanitasi Lingkungan

7/02/2025 | 18:13 WIB
Bandung.infonasionalnews -Pemerintah Kota Bandung bersama Enesis Group meluncurkan program kolaboratif “3M Plus Mengoles” sebagai inovasi pengendalian demam berdarah dengue (DBD) berbasis sanitasi lingkungan, edukasi masyarakat, serta pendekatan berbasis data.


Program ini diluncurkan secara resmi oleh Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan di Kiara Artha Park, Kota Bandung, Rabu, 2 Juli 2025. Acara ini melibatkan ratusan kader Jumantik dan jajaran lintas sektor di Kota Bandung.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyatakan, Kota Bandung saat ini sedang menghadapi tantangan berat dalam bidang kesehatan lingkungan, mulai dari naiknya angka stunting, masih tingginya kasus tuberkulosis (TBC), hingga ancaman penyakit menular seperti DBD.

“Saya tidak bangga, tapi juga tidak akan menutup mata. Sanitasi lingkungan kita sedang menghadapi masalah serius. Maka setiap kolaborasi yang membawa dampak nyata akan kami dukung,” ujar Farhan.

Wali kota menilai, pendekatan yang diambil Enesis Group melalui gerakan 3M Plus Mengoles patut diapresiasi karena tidak hanya bersifat promosi, tetapi mengusung keberanian untuk diuji dampaknya langsung di masyarakat.

Program ini memanfaatkan produk lotion antinyamuk Soffell yang akan diterapkan secara masif bersama edukasi PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) di tiga kecamatan terpilih yaitu Buahbatu, Rancasari, dan Coblong.

“Belum ada satu pun brand lain yang berani langsung mengintervensi lapangan secara konkret seperti ini. Ini bukan hanya branding, ini uji dampak sosial,” tambahnya.
Pemkot Bandung juga akan mengintegrasikan program ini dengan aplikasi Sempati, yang selama ini digunakan untuk pemantauan kasus dan intervensi kesehatan lingkungan.

Meski masih ada regulasi ketat terkait perlindungan data pribadi, Farhan membuka ruang kerja sama yang transparan dengan Enesis untuk memperkuat evaluasi program berbasis data riil.

“Kita semua percaya pada angka. Jika data Sempati menunjukkan hasil yang baik, maka ini bisa menjadi model nasional. Tapi kita harus mulai dari keberanian di tingkat lokal,” tegas Farhan.

Dalam kesempatan yang sama, CEO Enesis Group Aryo Widiwardhono, menyampaikan, pendekatan perusahaan ini selalu berpijak pada kebermanfaatan sosial.

Ia mengungkapkan, sejarah pendirian Enesis yang diawali dari pengalaman personal pendirinya, Ivan Chin, yang terinspirasi menciptakan lotion antinyamuk setelah digigit nyamuk saat pulang ke Indonesia pada akhir 1980-an.

“Produk-produk Enesis seperti Soffell, Adem Sari, hingga Vegeta lahir dari masalah nyata yang dihadapi pendirinya sendiri. Ini bukan sekadar bisnis, ini adalah kontribusi,” ujar Aryo.

Enesis memilih Bandung sebagai kota percontohan karena dinilai memiliki komitmen pemerintah yang kuat, keterbukaan terhadap data, serta ekosistem masyarakat madani yang aktif.

Ia menyampaikan bahwa keberhasilan program ini akan dijadikan model nasional, bahkan berupaya diperkenalkan di forum internasional.

“Kalau kita sukses di Bandung, ini bisa kita bawa ke tingkat nasional. Kita bisa membuat Hari Bebas Nyamuk secara nasional, bahkan dunia bisa melihat Bandung sebagai kota contoh,” ujarnya.

Enesis menargetkan program ini dapat menjangkau 30.000 warga di tiga kecamatan awal. Kegiatan melibatkan 140 kader Jumantik, tim edukator Enesis, dan relawan yang akan mendatangi rumah warga, mencatat jentik, serta menyosialisasikan penggunaan lotion antinyamuk sebagai pelengkap 3M.

“Target kami bukan hanya 95% bebas jentik, tapi menuju 99%. Dan itu hanya bisa dicapai dengan kolaborasi nyata antara pemerintah, swasta, dan masyarakat,” tambah Aryo.(Ivan Sukenda).**
×
Berita Terbaru Update